Rabu, 05 Maret 2014

Tower crane



Tower crane (Kran menara) merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang sering kali digunakan, yang fungsinya selain mengangkat juga mengangkut material atau muatan. Jenis pesawat pengangkat ini sering dipakai oleh kontraktor bangunan gedung-gedung bertingkat, pada pelabuhan, dan sebagianya.
Alat ini mempunyai berbagai kelebihan diantaranya adalah kemampuan mengangkat muatan ketempat yang tinggi dengan kapasitas yang besar, juga kemampuan angkutnya yang cukup jauh. Serta ditunjang kemampuan lengan menara untuk berputar sehingga mampu menjangkau tempat yang diinginkan tanpa menambah lintasan yang panjang
Bagian-bagian tower crane
1. Rangaka
2. Kabel baja
3. Pengkait
4. Pulley
5. Drum penggulung kabel baja
6. Motor penggerak
7. Bobot penyeimbang

Berikut Video cara pemasangan Tower crane

Ramp untuk Parkir

Ramp adalah bidang miring, yang pada dasarnya ramp digunakan untuk menggantikan fungsi tangga, untuk memindahkan manusia atau barang dari lantai bawah ke lantai atas. Biasanya ramp berfungsi sebagai sarana untuk parkir mobil dari lantai basemant menuju lantai 1 hingga lantai 2. Tebal ramp adalah 15 cm dengan penulangan dua lapis. Pengecoran ramp mengunakan sistem cor ditempat (cast insitu),  proses pekerjaaan ramp terlebih dahulu adalah dengan membuat bekisting ramp yang bawahnya sudah diberi scaffolding untuk menyangga bekisting, kemudian proses penulangan ramp yang disesuaikan dengan Shop drawing dan selanjutnya proses pengecoran. 
1          Pemasangan Perancah (Scaffolding)
Perancah (Scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Fungsi scaffolding adalah sebagai struktur sementara untuk menahan beton yang belum mampu memikul beratnya sendiri ( pada pelaksanaan pengecoran). Scaffolding dirakit mulai dari peletakan jack base di bagian bawah, kemudian jack base dimasukkan ke dalam main base, antara main base yang satu dengan main base yang satu dihubungkan dengan crossbrace. Untuk menghubungkan scaffolding ke atas, main base disambung menggunakan join pin, di bagian atas main base di beri u head  untuk peletakan balok kayu sebagai suri-suri.

Video cara pemasangan Scaffolding
Sumber: Youtube.com
2        Pemasangan Bekisting Ramp Parkir
Papan bekisting adalah papan yang digunakan untuk mencetak beton sesuai yang diinginkan. Papan bekisting terdiri dari rangka kayu dan papan yang berasal dari multiplek. Jarak antar papan bekisting harus sesuai dengan ukuran plat lantai yang akan dicetak. Pemasangan bekisting ramp di kerjakan pada saat sebelum tulangan di rakit karena untuk mempermudah kerja tukang dan menjaga keselamatan tukang. Papan bekisting dipasang setelah perancah terakit. Papan tersebut dirakit diatas perancah dengan bentuk seperti sisi-sisi balok, sisi atasnya dibiarkan terbuka untuk proses pengecoran, pemasangan bekisting harus sangat kuat karena saat melakukan pengecoran, bekisting mengalami tekanan yang sangat kuat saat pemadatan dan oleh berat beton itu sendiri sehingga jika papan bekisting mengalami perubahan akan berdampak dengan hasil pengecoran. 
Gambar proses pemasangan rangka bekisting Ramp
3          Pemasangan Tulangan Ramp Parkir
Pemasangan tulangan ramp dilakukan sesuai dengan Shop drawing. Tulangan yang digunakan menggunakan baja tulangan defom dengan ukuran dan jarak sesuai Shop drawing.
Penulangan ramp berupa tulangan 2 lapis, dalam pemasangan tulangan ramp terlebih dahulu di lakukan penulangan lapis pertama setelah itu tulangan lapis kedua, kedua lapis tulangan di beri jarak 5 cm, tahu beton dipasang di bawah dan samping tulangan dan setelah semua tulangan terpasang dan terikat oleh kawat bendrat selanjutnya proses pengecoran.
4          Pengecoran Ramp Parkir
Pengecoran ramp adalah proses pengisian beton segar yang berasal dari concrete mixer truck dengan persyaratan pelaksanaan yang sesuai dengan standar. Setelah pemasangan tulangan pada bekisting selesai, dan bekisting ramp dinyatakan bersih dari kotoran yang menempel dan ramp siap di cor. Pengecoran ramp dimulai dengan pengisian beton segar yang berasal dari mixer kedalam papan bekisting yang sudah terpasang tulangan. Selanjutnya beton tersebut dipadatkan dengan vibrator agar tidak terdapat rongga udara yang mengurangi kekuatan beton. Pelaksanaan pengecoran plat lantai dapat dilihat pada Gambar 
Gambar pengecoran ramp            




Selasa, 04 Maret 2014

Struktur

a. Balok
      Balok adalah bagian struktur yang fungsinya menahan beban-beban yang bekerja pada plat lantai, dinding diatasnya dan berat balok sendiri yang kemudian diteruskan ke kolom, pengecoran ini mengunakan sistem  cor ditempat (cast in situ).
b. Kolom
      Kolom adalah bagian struktur yang fungsinya menahan gaya aksial dan momen lentur akibat berat sendiri, beban balok dan berat kolom diatasnya. Beban yang ada diatas plat diteruskan ke balok, dan dari balok kemudian diteruskan ke kolom dibawahnya, pengecoran mengunakan sistem  cor ditempat (cast in situ).
     c. Plat Lantai
      Plat lantai adalah bagian struktur  horisontal  yang  berfungsi untuk menahan beban yang berasal dari   penghuni baik beban orang ataupun beban barang yang disebut beban hidup dan beban plat lantai itu sendiri yang disebut beban mati, pengecoran plat lantai mengunakan sistem Precast dan cor ditempat (cast in situ). Sisi-sisi plat lantai ditumpu oleh balok yang kemudian disalurkan ke kolom.
 d.Tangga
   Tangga berfungsi sebagai penghubung antar lantai dengan elevasi yang berbeda. Syarat pokok dalam penempatan tangga adalah tangga harus diletakkan pada bagian gedung yang mudah dilihat dan dijangkau orang untuk akses jalan.
 e. Ram
   Ramp adalah bidang miring, Pada dasarnya ramp digunakan untuk menggantikan fungsi tangga, untuk memindahkan manusia atau barang dari lantai bawah ke lantai atas. Ramp berfungsi sebagai sarana untuk parkir mobil dari lantai basement menuju Lantai 1.
  f.  Rangka Atap
   Rangka atap adalah rangka yang berfungsi menyangga atau sebagai dudukan penutup atap dan berfungsi sebagai penerima beban yang berasal penutup atap yang kemudian di salurkan ke ring balok. 

Perencanaan Struktur Gedung

  
Perencanaan merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sebuah pembanguanan karena tanpa perencanaan proses pembanguan tidak akan berjalan dengan lancar dan hasil yang  kurang maksimal. Perencanaan adalah langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana.
Untuk merealisasikan ide atau konsep yang di inginkan diperlukan saran-saran yang mendukung dalam perencanaan baik dari tim ataupun luar tim perencana. Karena itu diperlukan survei, penelitian ataupun studi literatur, yang kemudian didapatkan konsep dari bangunan untuk di diskusikan bersama-sama. Hasil perencanaan disusun dalam bentuk dokumen perencanaan yang merupakan pedoman bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaannya.
Dokumen perencanaan terdiri dari :
a.    Gambar-gambar rencana struktur, arsitektur dan mekanikal elektrik
b.    Hitungan struktur
c.    Rencana kerja dan syarat-syaratnya
d.   Rencana Anggaran Biaya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan suatu proyek antara lain :
a.    Bangunan yang akan dibangun merupakan bangunan yang ramah lingkungan dan tidak memberikan dampak negatif bagi linkungan itu sendiri mempunyai dampak positif dalam meningkatkan  kualitas dan kuantitas lingkungan di sekitarnya,
b.    Rancangan bangunan juga mempertimbangkan hubungan antara waktu pembangunan, kekuatan bangunan,dan biaya pelaksanaan.
c.    Bangunan harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
Struktur  pada proyek  pembangunan gedung menggunakan beton bertulang dengan sistem pengecoran menggunakan cast insitu dan precast. Cast insitu adalah sistem pengecoran yang langsung dilaksanakan di lapangan atau dikerjakan di lokasi proyek tersebut dan  menggunakan cara manual. Precast adalah seluruh atau sebagian dari elemen struktur yang dicetak pada satu tempat tertentu baik yang berada di lingkungan proyek maupun jauh dari proyek yang kemudian akan di pasang pada strukturnya.

Struktur atas adalah struktur yang berada diatas permukaan tanah. Berfungsi menahan dan menyalurkan beban dari atap, rangka atap, plat lantai, tangga, balok, kolom dan dinding  yang kemudian disalurkan ke struktur bawah untuk disebarkan ke tanah dasar. Strukur bagian atas pada proyek pembangunan Gedung terdiri dari balok, kolom, plat lantai, ramp, tangga dan atap, dengan sistem cast insitu (cor ditempat) dan Precast
langkah-langkah dalam perencanaan Gedung

Senin, 03 Maret 2014

Precast

Pemasangan Balok Kantilever precast pada membangunan Apartement Student Park

Precast

Pemasangan Plat lantai Precast dengan menggunakan TC (Tower crane) Pada membangunan Apartement Student Park

Metode PCI

Jenis Kerusakan Perkerasan Berdasarkan Metode Pavement Condition
Index (PCI)Berikut jenis dan tingkat kerusakan perkerasan lentur jalan raya yang dibedakan menjadi :

1. Alligator Cracking
Retak yang saling merangkai membentuk kotak – kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Kerusakan ini disebabkan karena konstruksi perkerasan yang tidak kuat dalam mendukung beban lalu lintas yang berulang ulang. Pada mulanya terjadi retak – retak halus, akibat beban lalu lintas yang berulang menyebabkan retak – retak halus terhubung membentuk serangkaian kotak – kotak kecil yang memiliki sisi tajam sehingga menyerupai kulit buaya. Retak buaya biasa terjadi hanya di daerah yang dilalui beban lalu lintas yang berulang dan biasanya disertai alur, sehingga tidak akan terjadi di seluruh daerah kecuali seluruh area jalan dikenakan arus lalu lintas. Cara mengukur kerusakan yang terjadi adalah dengan menghitung luasan retak. Tingkat kerusakan alligator cracking (retak kulit buaya) dibagi menjadi
a) kerusakan ringan (low) yang ditandai dengan serangkaian retak halus yang saling terhubung tanpa ada retakan yang pecah,
b) kerusakan sedang (medium) yang ditandai dengan serangkaian retak yang terhubung membentuk kotak-kotak kecil dan pola retak sudah cukup kelihatan jelas karena sudah terdapat retak yang mulai pecah, dan
c) kerusakan berat (high) yang ditandai dengan serangkaian retak menyerupai kulit buaya yang keseluruhan retaknya sudah pecah sehingga jika dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya alur bahkan lubang pada jalan.

2. Bleeding
Kegemukan (bleeding) biasanya ditandai dengan permukaan jalan yang menjadi lebih hitam dan licin. Permukaan jalan menjadi lebih lunak dan lengket. Ini disebabkan pemakaian aspal yang berlebih. Cara mengukur kerusakan adalah dengan menghitung luasan kegemukan yang terjadi. Tingkat kerusakan dibagi menjadi
a) kerusakan ringan (low) yang ditandai dengan permukaan jalan yang hitam, aspal tidak menempel pada roda kendaraan,
b) kerusakan sedang (medium) yang ditandai dengan permukaan aspal hitam, aspal menempel pada kendaraan selama beberapa minggu dalam setahun,
c) kerusakan berat (high) yang di tandai dengan permukaan yang berwarna hitam dan terdapat jejak roda kendaraan akibat aspal yang menempel pada roda kendaraan.

3. Block Cracking
Hampir sama dengan retak kulit buaya, merupakan rangkaian retak berbentuk persegi dengan sudut tajam, tetapi bentuknya saja yang lebih besar dari retak kulit buaya. Block craking ini tidak hanya terjadi di daerah yang mengalami arus lalu lintas berulang, tetapi juga dapat terjadi di daerah yang jarang dilalui arus lalu lintas.

4. Bums and Sags
Merupakan tonjolan kecil yang terjadi pada permukaan perkerasan, berbeda dengan jembul (shoving) yang di sebabkan oleh ketidak stabilan aspal, bumps and sags ini dapat disebabkan oleh penumpukan material pada suatu celah jalan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas.

5. Corrugation
Keriting (corrugation) Kerusakan lapian perkerasan tampak seperti bergelombang dimana jarak antara tiap gelombang sangat dekat. Tingkat kerusakan diukur dari beda tinggi antar lembah dan puncak gelombang. Penyebab kerusakan dimungkinkan oleh terjadinya pergeseran bahan perkerasan, lapis perekat antara lapis permukaan dan lapis pondasi tidak memadai, pengaruh kendaraan yang sering berhenti dan berjalan secara tiba – tiba. Tingkat kerusakan kerit ing dapat diukur berdasarkan kedalaman keriting yang terjadi. Untuk tingkat
a) kerusakan ringan (low) kedalaman < ½ inchi, b) untuk(medium) kedalaman ½ – 1 inchi, dan c) untuk tingkat kerusakan parah (high) kedalaman > 1 inchi.

6. Depression

Amblas (depression) merupakan kerusakan yang terjadi dimana suatu permukaan lapisan perkerasan lebih rendah daripada lapisan permukaan di sekitarnya, sehingga kondisi jalan tampak seperti membentuk kubangan atau lengkungan. Kerusakan ini terjadi karena beban lalu lintas yang berlebih tidak sesuai dengan perencanaan. Tingkat kerusakan amblas dapat diukur berdasarkan kedalaman amblas yang terjadi.
a) Untuk tingkat kerusakan ringan (low) kedalaman ½ - 1 inchi,
b) untuk (medium) kedalaman 1 – 2 inchi,
c) dan untuk tingkat kerusakan parah (high) kedalaman > 2 inchi.

7. Edge Cracking
Kerusakan yang terjadi pada tepi lapis perkerasan yang tampak berupa retakan, kerusakan jenis ini biasanya terjadi akibat kepadatan lapis permukaan di tepi perkerasan tidak memadai, juga disebabkan seringnya air yang dari bahu jalan.

8. Joint Reflection Cracking
Retak refleksi merupakan jenis kerusakan jalan yang berbentuk seperti retak memanjang dan melintang membentuk kotak. Retak refleksi ini merupakan gambaran dari retak perkerasan sebelumnya.

9. Lane / Shoulder Drop Off
Ditandai dengan adanya perbedaan elevasi antara badan jalan dengan bahu jalan. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh erosi tanah pada bahu jalan, penurunan tanah dasar pada bahu, dan juga perencanaan jalan tanpa menyesuaikan tingkat bahu jalan. Kerusakan ini sangat berbahaya bagi pengendara karena perbedaan elevasi yang besar antara badan jalan dan bahu jalan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.


10. Longitudinal and Transverse Cracking
Retak memanjang (longitudinal cracking) merupakan retak yang terjadi searah dengan sumbu jalan, retak melintang (transverse cracking) merupakan retak yang terjadi tegak lurus sumbu jalan. Retak ini disebabkan oleh kesalahan pelaksanaan,terutama pada sambungan perkerasan atau pelebaran, dan juga dapat disebabkan penyusutan permukaan aspal akibat suhu rendah atau pengerasan aspal.
11. Patching and Utility Cut Patching
Tambalan (patching) adalah wilayah perkerasan yang telah diganti menjadi baru untuk memperbaiki perkerasan yang ada. Tambalan dianggap merupakan cacat jalan walaupun sudah di kerjakan dengan sangat baik. Idetifikasi terhadap tambalan ini biasanya diukur dengan menghitung luasan tambalan. Tambalan dibagi berdasarkan tingkat kerusakannya yaitu tingkat kerusakan rendah (low), sedang (medium), dan berat (high), sesuai dengan bentuk tambalannya.

12. Polished Aggregate
Kerusakan ini ditandai dengan aggregat pada permukaan jalan menjadi halus dan licin akibat beban lalu lintas yang berulang ulang. Ini menyebabkan daya saling mengikat antara ban kendaraan dengan aspal menjadi berkurang sehingga berbahaya pada saat mengemudi kencang karena jalan memiliki tingkat kekasaran (skid resistance) yang rendah. Cara mengukur adalah dengan menghitung luasan yang mengalami polished aggregate, tetapi jika disertai dengan kerusakan kegemukan (bleeding), maka polished aggregate diabaikan.

13. Potholes
Lubang (potholes) biasanya berukuran tidak begitu besar (diameter < 90 cm). berbentuk seperti mangkuk yang tidak beraturan dengan pinggiran tajam. pertumbuhan lubang semakin besar diakibatkan kondisi air yang tergenang padabadan jalan. Lubang pada dasarnya bermula dari retak-retak yang semakin parah akibat air meresap hingga ke lapisan jalan sehingga menyebabkan sifat saling mengikat aggregat dalam lapisan menjadi berkurang.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, lubang dapat di bagi menjadi kerusakan rendah (low), sedang (medium), dan buruk (high). 

14. Railroad Crossing
Kerusakan ini merupakan lintasan jalur kereta api yang terdapat dalam jalan raya. Terdapat benjolan dan lengkugan pada daerah lintasan ini sehingga mengganggu kenyamanan pengendara. Cara mengukur adalah dengan menghitung luasan jalur kereta yang melintasi jalan dan juga diukur sesuai dengan tingkat kerusakannya.
15. Rutting
Alur (rutting) adalah penurunan setempat yang terjadi pada jalur roda kendaraan, alur pada permukaan jalan ada yang disertai retak dan tanpa disertai retak. Alur tidak terjadi di seluruh permukaan badan jalan, hanya pada daerah yang dilalui roda kendaraan. Dapat disebabkan adanya muatan yang berlebih sehingga menyebabkan deformasi yang permanen pada permukaan jalan. Jika alur sering tergenang air maka dapat meningkat menjadi lubang.

16. Shoving
Jembul (shoving) umumya terjadi di sekitar alur roda kendaraan di tepi perkerasan dan sifatnya permanen. Kerusakan ini disebabkan oleh arus lalu lintas yang melebihi beban standar. Cara mengukur jembul adalah dengan mengukur luasan permukaan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi.

17. Slippage Cracking
Retak selip (slippage cracking) merupakan retak menyerupai bulan sabit atau setengah retak berbentuk bulan yang memiliki dua ujung menunjuk jauh kearah lalu lintas. Cara mengukur retak selip adalah dengan mengukur luasan permukaan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi mulai dari rendah (low), sedang (medium), dan buruk (high).

18. Swell
Pembengkakan jalan (swell) merupakan kerusakan yang di tandai dengan tonjolan di sekitar permukaan jalan dan dapat mencapai panjang sekitar 3 m pada permukaan jalan, dapat juga disertai retak permukaan. Ini disebabkan kepadatan tanah dasar yang kurang. Memiliki tingkatan kerusakan mulai dari rendah (low), sedang (medium), dan buruk (high).

19. Weathering and Ravelling
Kerusakan ini ditandai dengan permukaan perkerasan yang kasar dan rusak akibat hilangnya bahan pengikat aspal atau tar sehingga menyebabkan pelepasan butiran aggregat. Pelepasan butiran ini menunjukkan kualitas aspal serta campuran yang rendah atau ada kesalahan dalam pencampuran. Pelepasan butiran ini juga dapat di sebabkan adanya lalu lintas yang berlebih.
Berdasarkan tingkat kerusakannya dapat dibedakan menjadi
a) kerusakan rendah (low) ditandai dengan dimulainya pelepasan butiran pada permukaan jalan,
b) kerusakan sedang (medium) yang ditandai dengan pelepasan butiran yang menyebabkan permukaan jalan menjadi tidak rata dan kasar,
c) kerusakan berat (high) yang ditandai dengan pelepasan butiran yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata,

Sabtu, 01 Maret 2014

Metode PCI

Perhitungan
Density (Kadar Kerusakan)
Density atau kadar kerusakan persentase luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur meter persegi atau meter panjang. Nilai density suatu jenis kerusakan dibedakan juga berdasarkan tingkat kerusakannya.
Rumus mencari nilai density:
Density = Ad/As x100% ……….(1) atau

Density = Ld/AS X100% ……….(2)
Dengan:
Ad : Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m2).
Ld : Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m).
As : Luas total unit segmen (m2).
3.3. Deduct Value (Nilai Pengurangan)
Deduct value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan antara density dan deduct value. Deduct value juga dibedakan atas tingkat kerusakan untuk tiap-tiap jenis kerusakan. Beberapa grafik menurut jenis kerusakan nya:

Mencari Nilai q (Quality)
Nilai q didapat dari deduct value yang nilainya lebih dari syarat. Syarat untuk mencari nilai q adalah deduct value lebih besar dari 2 dengan menggunakan interasi. Nilai deduct value diurutkan dari yang besar sampai kecil. Nilai pengurang total atau total deduct value (TDV) adalah jumlah total dari nilai-nilai pengurang (deduct value) pada masing-masing sampel unit.
Sebelumnya dilakukan pengecekan nilai deduct value dengan persamaan (3)
Mi = 1 + (9/98)*(100-HDVi) ………. (3)
Dengan:
Mi : Nilai koreksi untuk deduct value
HDVi : Nilai terbesar deduct value dalam satu sampel unit.
Jika semua nilai deduct value lebih besar dari nilai Mi maka dilakukan pengurangan, tetapi jika semua nilai deduct value lebih kecil dari nilai Mi maka tidak dilakukan pengurangan terhadap nilai deduct value tersebut.

Total Deduct Value (TDV)
Total deduct value (TDV) adalah nilai total dari individual deduct value untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada pada suatu unit penelitian.

Corrected Deduct Value (CDV)
Corrected Deduct Value (CDV) adalah diperoleh dari kurva hubungan antara nilai TDV dengan nilai CDV dengan pemilihan lengkung kurva sesuai dengan jumlah nilai individual deduct value yang mempunyai nilai lebih besar dari 2 (dua).

Klaisifikasi Kualitas Perkerasan.
Jika nilai CDV telah diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit dapat diketahui dengan rumus:
PCI(S) = 100 – CDV ……….(4)
Dengan:
PCI(S) : pavement condition index untuk tiap unit.
CDV : Corrected Deduct Value untuk tiap unit.
Untuk nilai PCI secara keseluruhan:

PCI = ΣPCI(S)/N …………. (5)
Dengan:
PCI : nilai PCI perkerasan keseluruhan.
PCI(s) : Pavement condition index untuk tiap unit.
N : Jumlah unit.

Klasifikasi Kualitas Perkerasan
Nilai PCI untuk masing-masing unit penelitian dapat mengetahui kualitas lapis perkerasan unit segmen berdasarkan kondisi tertentu yaitu sempurna (excellent), sangat baik (very good), baik (good), sedang (fair), jelek (poor), sangat jelek (very poor) dan gagal (failed).

Metode PCI

Jenis Kerusakan-kerusakan pada struktur perkerasan jalan
Jenis dan Tingkat Kerusakan Jalan Menurut Metode Pavement Condition Index (PCI) .
1. Retak Kulit Buaya (Alligator cracking)
Retak kulit buaya adalah retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang persegi banyak (polygon) kecil-kecil menyerupai kulit buaya dengan lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm (Shahin,1994). Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban lalu lintas yang terjadi berulang-ulang.


2.Amblas (Depression)
Bentuk kerusakan yang terjadi ini berupa amblas/turunnya permukaan lapisan perkerasan pada lokasi-lokasi tertentu (setempat) dengan atau tanpa retak. Kedalaman kerusakan ini umumnya lebih dari 2 cm dan akan menampung/meresapkan air (Shahin,1994).

3. Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas (Patching and Utility Cut Patching)
Tambalan dapat dikelompokkan kedalam cacat permukaan, karena pada tingkat tertentu (jika jumlah/luas tambalan besar) akan mengganggu kenyamanan berkendaraan. Berdasarkan sifatnya, tambalan dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: tambalan sementara merupakan tambalan yang berbentuk tidak beraturan mengikuti bentuk kerusakan lubang dan tambalan permanen merupakan tambalan yang berbentuk segi empat sesuai rekonstruksi yang dilaksanakan (Shahin,1994).

4. Lubang (Potholes)
Kerusakan ini berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan meresap air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang didekat retakan atau di daerah drainasenya kurang baik sehingga perkerasan tergenang oleh air (Shahin,1994).

5. Sungkur (Shoving)
Kerusakan ini membentuk jembulan pada lapisan aspal. Kerusakan biasanya terjadi pada lokasi tertentu dimana kendaraan berhenti pada kelandaian yang curam atau tikungan tajam. Kerusakan umumnya timbul disalah satu sisi jejak roda. Terjadinya kerusakan ini dapat diikuti atau tanpa diikuti oleh retak (Shahin,1994).
6. Pelepasan Butir (Weathering/Raveling)
Kerusakan ini berupa terlepasnya sebagian butiran-butiran pada permukaan perkerasan yang umumnya terjadi secara meluas. Kerusakan ini biasanya dimulai dengan terlepasnya material halus dahulu yang kemudian berlanjut terlepasnya material yang lebih besar (material kasar), sehingga pada akhirnya membentuk tampungan dan dapat meresapkan air ke badan jalan (Shahin,1994).